Jumat, 30 Januari 2009

PRESIDEN BERSAMA, BERSAMA PRESIDEN BISA

Lek Prapto, Tumijan dan Pak Romo adalah 3 kawan serangkai yang tinggal di suatu kota berhawa dingin di kota Malang, Prapto tukang bakso, Tumijan pengayuh becak sedang Pak Romo adalah pensiunan guru SD, mereka biasa mangkal di depan gedung Plaza Telkom. Sebagai wong cilik waktu mereka banyak luangnya, di kala seperti itulah mereka berdiskusi tentang banyak hal dari masalah keluarga, kerjaan sampai seretnya nyari duit akhir2 ini.

Tumijan : “ Mo gile KPU mengajukan usulan 47.9 Triliun ke DPR untuk anggaran pemilu 2009, cekk..cekk..cekk” gumam tumijan sambil kepalanya geleng2 ke kanan kiri seperti boneka yg ada di dashboard mobil2 yg bersliweran di kota2 besar. Sebuah angka yang tak pernah terbayangkan di benak mereka.

Prapto : “coba hitung kalo uang itu tdk untuk biaya penyelenggaraan pemilu misal untuk membuka usaha apakah BUMD/BUMN dan lain sebagainya” timpal prapto sambil berapi2, tiba-tiba Pak Romo nyamber kalkulator yang biasa di pakai mbok Jah untuk menghitung belanja wartegnya.

Romo : “Coba kang Rp.47.900.000.000.000, seandainya di buat usaha, dengan asumsi 1 usaha menengah, biaya modal usaha awal 5 milyar maka akan ada 9.580 usaha, jika 1 usaha menyerap tenga kerja langung 250 orng maka akan ada 2,395.000 angkatan kerja yang terserap, jika rantai bisnis usaha ini memerlukan stake holder seperti supplier, pemilik kos2an, PKL dlsb dengan asumsi 50 angkatan kerja informal per usaha maka akan ada 479.000 orang terserap di sektor tenaga kerja informal….jadi total tenaga kerja yg terserap ada 2.874.000 orang, Masya Allah gumam Pak Romo sambil berdecak heran”. “ Trus gi mana dong mo apa pemilunya di tiadakan trus gi mana dong rakyat milih presidennya?’. Timpal prapto dengan berapi-api

Romo : “ya menurut saya daripada uang mubadzir untuk kertas suara, brong2an motor saat kampanye dlsb maka di perlukan keberanian merubah fundamental sistem demokrasi di negri ini, yg baru pd tahap demokrasi transaksional, taruh misal orng2 yang merasa tokoh itu dan telah beriklan di mana2 untuk pencalonan presiden di angkat semua jadi presiden sehingga semua merasa senang, sebab semuanya menjadi “Presiden” jd biaya pemilu untuk buka usaha “ maksudnya mo” timpal tumijan

Romo : “Yah Megawati di angkat menjadi “Presiden wong cilik” sesuai tema kampanye iklannya tugasnya mengangkat harkat martabat wong cilik, Prabowo “ Presidennya petani “ sesuai tema iklannya, tugasnya menyediakan infrasructure pertanian yg lengkap dan murah, pupuk ada di mana2 irigasi lancar, jadi petani bisa panen 4 kali setahun, HBX di angkat sebagai “Presiden Budaya” tugasnya mengangkat budaya indonesia di kancah internasional agar menyedot devisa dari turis mancanegara, Sutiyoso “Presiden Transportasi” sesuai visinya “BUS WAE”, bagaimana menciptakan moda transportasi murah, aman dan nyaman, SBY “ Presiden Persatuan/ Koordinator” tugasnya mengkoordinir presiden2 yg ada agar sejalan dan selaras sesuai slogannya “ bersama bisa”….gitu kang…..

Mereka bertiga tampak terbengong2 melihat negri mereka sendiri, seandainya saja para wakil rakyat yg terhormat itu tau yah……walah2 betapa banyak mubadzirnya dengan system pilkada langsung di mana2 dengan biaya yg sangat fantastis maka sdh pasti mereka akan menggodok legislasi baru dengan tema “Presiden Bersama, Bersama Presiden bisa…..” aminnnnn seru mereka semua kompak

Cikarang 30 January 2009